Suatu ketika, ada dua anak SMP yang berteman baik sejak mereka kelas I hingga kelas III. Lalu mereka berpisah saat SMA dan hampir tak pernah bertemu lagi. Setelah 15 tahun, keduanya bertemu di sebuah perusahaan besar, dimana salah satunya adalah Buruh selama sepuluh tahun dan satunya adalah Manager yang baru naik pangkat sebulan yang lalu diperusahaan yang sama.
Awalnya mereka merasa canggung karena adanya perbedaan pangkat. Namun setelah beberapa hari, mereka kembali akrab seperti saat masih SMP. Hingga suatu saat, mereka memperbincangkan masalah nasib.
Buruh (B) : Kawan, saya merasa hidup kita tak adil.
Manager (M) : Apa maksudmu kawan?
B : Lihat saat ini, saya hanyalah seorang buruh yang bekerja ekstra keras secara fisik selama sepuluh tahun, dan hingga sekarang, tidak ada peningkatan yang berarti. Pendapatan saya rendah dan hanya pas-pasan untuk hidup saya sendiri hingga tak bisa menabung untuk niat pernikahan saya, pekerjaan saya sangat berat. mengangkut, memindahkan, dan memeriksa tiap barang yang kamu tahu tidak ada satupun yang ringan.
M : Lalu, dimana ketidakadilannya kawan??
B : Bukti ketidakadilannya adalah Kamu. Kamu baru bergabung disini setahun yang lalu, dan tak lama kemudian menjadi manager. Pekerjaan kamu tidaklah menguras fisik meski saya tahu tanggung jawab kamu lebih besar. Dan pendapatanmu sebulannya mencapai lima kali lipat dibandingkan saya. Apakah menurut kamu itu adil?
M : (Tersenyum sesaat) Sangat adil, kawan.
B : (Merasa heran) Bagaimana bisa kamu menganggap itu adil?
M : Kamu pasti masih ingat perbedaan kita saat SMP. Kamu adalah karakter yang terlalu banyak menginginkan kesenangan. Berapa kali kamu di skors, dimarahi, mendapat nilai merah di rapor. Dan kamupun tahu kelulusan di SMP karena mendapat kunci ujian. Bagaimana dengan saya, kamu tahu? Sejak kelas I hingga kelas III, tidak sekalipun saya menganggap kesenangan itu yang terpenting. Berapa kali saya menolak untuk pergi menggoda cewek-cewek hanya karena ingin mengerjakan tugas. Berapa kali saya tetap datang kesekolah meski demam. Dan parahnya, saat ujian akhir SMP, saya mendapat nilai yang lebih rendah dari kamu. Bukankah itu tidak adil sebenarnya? Lalu apakah saya protes? Tidak sama sekali, saya malah menyalami kamu dan mengucapkan selamat. Masih ingat kah kamu dengan itu?
B : Yap, saya ingat.
M : Lalu kita berbeda SMA. Keinginan kamu untuk bersenang-senang membuat kamu sengaja memilih SMA yang secara akreditasi dan kedisiplinan sangat rendah, dengan tujuan kamu tetap bisa bermain. Sedangkan saya, memilih SMA yang diyakini sebagai SMA paling keras dan paling disiplin. SMA yang menerapkan belajar dari pagi hingga senja tiap harinya. Dan hari minggupun saya relakan untuk membuat tugas dari pagi hingga malam. Tak ada waktu sedikitpun untuk berpacaran yang saya akui sangat saya inginkan. Bandingkan dengan kamu yang saat SMP sudah gonta-ganti pacar. Dan sayapun yakin, saat SMA, kamu juga sering berganti-ganti pacar. Benar??
B : Haha, kamu benar kawan?
M : Lalu, setelah SMA, kamu tak tertarik untuk kuliah sama sekali. Keinginanmu adalah langsung bekerja dan menganggap semua itu akan sangat gampang dan akan membuatmu berada dipuncak melebihi apa yang diharapkan orang tuamu. Pertanyaannya, apakah hal tersebut teah tercapai??
B : Sama sekali tidak.
M : Sedangkan saya, saya membuang sebagian besar masa kesenangan saya untuk kuliah. Dan tidak sedikitpun kuliah itu menyenangkan kawan. Ditahun pertama saya bahkan sakit kuning selama 3bulan. Tahun berikutnya saya kerja sambil kuliah karena seperti yang kamu tahu, saya dari keluarga pas-pasan. Dan selama 5tahun saya kuliah sambil kerja, tidak sedikitpun saya merasa menyesal telah merelakan masa -yang menurut sebagian besar orang- masa yang menyenangkan. Saya tebak, jika kamu diposisi saya, kamu tak akan pernah mau kuliah sambil kerja. Benar?
B : Kamu benar lagi kawan.
M : Dan disinilah saya, kawan. Menuai apa yang telah saya korbankan. Kamu adalah karakter orang yang meminum air manis dulu, baru jamu yang pahit. Akibatnya, pahitnya masih terasa di kerongkongan kamu hingga sekarang. Saya melakukan kebalikannya, dan hingga sekarang, tak ada rasa pahit di kerongkongan saya karena manisnya air manis itu. Jadi apakah kamu masih merasa tidak adil??
B : Kamu benar kawan, maafkan saya atas rasa iri ini. Saya harap saya masih bisa memperbaikinya.
M : Kamu masih bisa kawan, dan kalaupun kamu tak bisa lagi memperbaikinya, maka jangan pernah biarkan anakmu nantinya mengalami hal yang sama.
UNTUK PARA PEMBACA. MASA MUDA ADALAH SAAT PALING PENTING. APA YANG TERJADI PADA ANDA SAAT TUA, SANGAT BERGANTUNG PADA APA YANG ANDA PILIH SAAT INI.
ANAK MUDA YANG TAK PUNYA UANG, MASIH BERUNTUNG KARENA PUNYA ENERGI BANYAK UNTUK MERAIHNYA.
ORANG TUA YANG TAK PUNYA UANG, HANYA AKAN BUNTUNG KARENA TAK PUNYA ENERGI SEBANYAK DULUNYA.