Jumat, 08 Mei 2015

"JIKA KAMU, TAK PANTAS UNTUKKU"

Berkata seseorang pada kekasihnya..
 

Seseorang : Maafkan aku, aku merasa aku tak pantas untukmu.

Kekasihnya : Jika itu menurutmu. Kita, kau dan aku, sampai disini saja.

Seseorang : (Terdiam sejenak) Kenapa kamu tak mempertahankan aku, atau setidaknya menyenangkan aku.

Kekasihnya : (Tersenyum tipis) Kata-katamu tadi telah menghina aku, menghina dirimu sendiri, dan menghina TUHAN.

Seseorang : Apa maksudmu menghina dirimu?

Kekasihnya : Kau mengambil keputusan sepihak dengan merasa tidak pantas untukku tanpa memikirkan rasa tidak nyaman yang aku rasakan setelah kamu berkata itu.


Seseorang : Lalu, menghina diriku sendiri?

Kekasihnya : Yaaap. Jika kamu merasa dirimu tidak pantas untukku karena tingginya nama baik yang kupunya, kenapa kamu tak berniat memperbaiki hati, pikiran, dan sikapmu agar kamu menjadi pribadi yang bisa kamu anggap sejajar denganku. Mengapa kamu malah mundur dan menghinakan dirimu dengan tetap mempertahankan kerendahan yang kamu rasakan.


Seseorang : Baiklah, lalu hubungannya dengan TUHAN?

Kekasihnya : (Sekali lagi tersenyum) Tuhan mempertemukan kita, memberi rasa di jiwaku dan jiwamu, mempererat hubungan dengan lancarnya niat pernikahan kita, dan bahkan orang tua kita sama-sama menyetujui. Tapi kamu mengingkari nikmatNYA dengan merasa nikmatNYA tidak pantas untukmu, bukankah itu sama artinya kamu menganggap TUHAN telah salah memberi nikmat??


With All of My Respect, RH ArKim.


SELAMA ORANG BAIK DIBAYAR MURAH!!

Suatu ketika, aku mendengar seorang sahabat berkata kasar dan menghujat Presiden Indonesia (Jokowi) dengan kata-kata yang jauh dibawah taraf kesopanan, dan dia berulang-ulang mengatakan harusnya Prabowo yang menjadi Presiden... Hingga akhirnya aku menyela ditengah-tengah penghinaannya.


Aku : Bisakah kamu hentikan itu? Penghujatanmu sama sekali tak membantu.

Kawan : Aku sangat kesal, kawan. Lihatlah betapa bobroknya Indonesia sekarang. Lihatlah betapa mahalnya harga sekarang. Lihatlah betapa banyaknya milik kita yang terjual sekarang. Dan para Jokower fanatik itu dengan sangat bodohnya tetap mempertahankan pendapatnya meski telah terpaparkan di depan mereka keburukan idola mereka.

Aku : Boleh aku bertanya, Apa menurutmu jika Prabowo presidennya maka Indonesia pasti lebih baik.

Kawan : Aku percaya itu kawan.

Aku : Apakah Prabowo pernah menjadi presiden? Dan apakah selama pemerintahannya itu, Indonesia mencapai kejayaannya?

Kawan : Belum...

Aku : Kalau begitu, apa bedanya kamu dengan Jokower itu? Apa bedanya kamu dengan orang-orang yang kamu sebut fanatik itu?

Kawan : Tunggu dulu kawan, bukankah kamu dulunya memilih Prabowo?

Aku : Yaa, dengan sangat jujur aku katakan Yaa... Tapi aku tidak pernah berpikiran dia akan menjadi presiden terbaik, dan aku tidak akan pernah menjadi fanatik. Jokowi telah terpilih, dan dia adalah pemimpinku dan pemimpinmu. Jika kamu orang beragama, maka kamu pasti tahu betul betapa wajibnya mengikuti hasil putusan yang memenangkan orang yang tak kamu pilih.

Kawan : Apa kamu tidak mencintai negara ini.

Aku : Aku mencintai negara ini siapapun presidennya. Bahkan meski presidennya adalah orang paling baik di Indonesia, negara takkan bisa berubah. Kamu tahu kenapa?

Kawan : (Berpikir sejenak) Tidak kawan.

Aku : KARENA ORANG BAIK MASIH DIBAYAR MURAH...

Kawan : Aku tidak mengerti.

Aku : Guru mendidik dengan hati, namun mereka dibayar murah dibanding artis sinetron yang merusak moral mereka. Pemuka agama mengingatkan kebaikkan hidup, namun mereka dibayar murah dibanding penyanyi dangdut koplo. Motivator mengajarkan tentang kesuksesan dibalik penderitaan, namun mereka dibayar murah dibanding pejabat yang mencari jabatan dengan jalan mudah... Dan tahu yang terburuk? Bahwa 'KATANYA', semua rakyat membenci korupsi, tapi banyak diantara kita membiarkan anak-anak melihat kunci jawaban Ujian Nasional.

Kawan : AstaghfiruLLAH... Kamu benar sekali kawan. Negara ini rusak, bukan hanya tentang pemimpinnya, tapi juga tentang kita yang Membayar Murah dan Menganggap Rendah Kebaikan. Bahwa kita, yang mengajarkan keburukan pada anak-anak... Andai kita punya solusinya.

Aku : Ada, dan sederhana. Mungkin zaman ini telah rusak, mungkin era ini telah kehilangan kendali. Tapi aku punya harapan pada mereka, pada anak-anak yang dua puluh tahun nanti akan memegang negara ini. Tugasmu, tugasku, dan semua orang tua saat ini hanyalah menjaga mereka dari kemunafikan. Dan tanggung jawab semua orang baik disini, untuk tidak membiarkan Para Pembejat-Pembejat Bangsa mewariskan Kebejatannya. Saat ini, hanya itu harapanku, kawan... insyaaALLAH, dua puluh tahun nanti, kamu, aku, dan seluruh rakyat ini akan tersenyum dan bersulang melihat bangsa ini...

With All of My Respect, RH ArKim


QUOTES... RH ArKim

Apapun alasannya...Meski dengan segala macam prinsip 'kewanitaan' dan dengan segala istilah 'wanita harus dimengerti, Wanita wajib untuk Kuat, karena satu saat nanti dia akan mengangkat prianya yang lelah.. Dan wanita pun harus Cerdas, karena akan ada masanya dia menunjukkan jalan untuk prianya yang tersesat.



Kebijaksanaan bukan tentang Banyaknya Pengalaman, bukan pula tentang Tambahnya Usia. Kebijaksanaan adalah tentang Cerdasnya seorang manusia memperbaiki jiwanya, raganya, sikapnya, dan keburukan sifatnya saat dirinya dan orang yang dicintanya tertekan dibawah sesuatu yang disebutnya ratapan dan ketidakadilan hidup.



Hidup itu, akan terus dan selalu menghadirkan orang yang berharga untukmu, dan kemudian jiwamu akan dilukai oleh orang yang sama dengan kepergian raganya...
Hanya kenangan, yang tak berhenti mengajarkanmu tentang 'Menghargai' dan membuatmu mensyukuri kedatangannya dulu. Bahwa TUHAN mengirimnya padamu untuk mengingatkan, dan DIA menjauhkannya darimu untuk menguatkan...


ORANG BAIK,,,

ORANG BAIK,,, Belum bisa dikatakan baik, sebelum kebaikkannya menjadi fitnah buruk yang Secara Sangat Tajam menusuk harga diri yang melelahkan keinginannya untuk tetap bersikap baik dan mengikis keikhlasannya untuk tetap berniat baik.

Dan sungguhlah, bahwa disini ketulusannya dipertanyakan. Karena ORANG BAIK yang murni baik, hanya bisa terlihat dari ketenangannya untuk tidak membalas hujatan, dan dari Kerendahan Hatinya untuk tetap tersenyum meski dunia seolah-olah takkan berlaku baik lagi padanya.

With All of My Respect, RH Arkim.


HIDUP LAYAKNYA PERMAINAN UNO.

Layaknya UNO, jika lawanmu adalah ketidakadilan dunia, maka dia tak pernah berhenti memikirkan cara memperlambat kemenanganmu dan tak pernah ragu meletakkan kartu dengan warna dan angka yang tidak kau miliki. Agar dia bisa terus tertawa, agar dia bisa terus meneriaki kekecewaanmu.

Dan layaknya UNO, bahwa sebenarnya ketidakadilan dunia sering lupa bahwa membiarkanmu memetik satu kartu dari tumpukan Memungkinkanmu Membalas, Memungkinkanmu Membalik Arah, dan Memungkinkanmu Memaksa Dunia terpaksa Menunda Kemenangan.
Kau menang, bukan dengan pengalaman, kau menang bukan dengan banyaknya kartu ditanganmu...

Kau menang,
dengan keterampilan,
dengan ketenangan,
dengan kebijaksanaan.


Dan Sungguh bahwa Kebijaksanaan bukan tentang Banyaknya Pengalaman, bukan pula tentang Tambahnya Usia. Kebijaksanaan adalah tentang Cerdasnya orang Memperbaiki Jiwa saat dibawah Tekanan.
Inspired by A Good Friend.
With All of My Respect, RH ArKim.