Jumat, 12 Juni 2015

HANTU PEMBALIK CERMIN

Saya pernah mengalami kejadian yang cukup gaib beberapa kali, namun AlhamduliLLAH tidak pernah melihat wajah makhluk gaib secara langsung. Saya bersyukur, sangat bersyukur karena jika pernah terliah sekali saja wajahnya, kemungkinan besar tidak akan bisa lupa dalam rentang waktu lama..

Demi menjaga hal itu, saat tidur saya punya kebiasaan, menutup cermin dengan kain, atau membaliknya agar saat terbangun tengah malam, saya tak harus dan takkan punya kesempatan melihatnya di cermin, bukan karena takut, hanya saja tidak ingin melihat.

Dan ini adalah cerita unik. Suatu waktu, saya harus tinggal bersama beberapa rekan di sebuah kamar yang cukup besar selama beberapa hari. Hanya ada satu cermin di kamar itu, sebuah cermin kecil seukuran 30cm x 20cm yang tergantung di dinding.

Seperti biasa, terlebih lagi saya selalu menjadi orang terakhir yang tidur dikamar itu, saya sempatkan membalik cermin sebelum rebahan. Dan itu saya lakukan setiap hari. Hingga suatu pagi, salah seorang rekan (sebut saja A) mengajak kami (saya, B dan C) berkumpul dan bercerita :
A : Kamar itu ada hantu penghuninya. (Ceritanya berapi-api dengan wajah serius bercampur rasa takut)
B : (Mulai takut) serius? Apa yang kamu alami?
A : Apa kalian tidak sadar? Setiap bangun pagi, saya dapati cermin di dalam kamar SELALU TERBALIK MENGHADAP DINDING. Padahal sebelum tidur, saya selalu bercermin dan sama sekali tidak terbalik.


Saya kaget dan ingin tertawa, namun sepertinya menarik melihat ekspresi mereka bertiga yang agak ketakutan, sekaligus ini kesempatan bagus untuk belajar psikologi seseorang. Saya terus mendengar tanpa bicara sedikitpun.
Malamnya, seperti biasa, sebagai orang terakhir yang tidur, saya membalik cermin. Namun, saya set alarm untuk bangun paling pertama untuk membaliknya kembali sebelum mereka terbangun. Dan hasilnya menarik, bahwa mereka bercerita bahwa HANTU PEMBALIK CERMIN telah pergi dari kamar karena merasa gak enak hati telah menciptakan kegemparan (Saya lupa siapa yang berkata ini).

Sejak saat itu saya paham satu hal, bahwa :

"Seseorang yang melibatkan perasaan (senang, sedih, takut, dll) saat bercerita, akan melebih-lebihkan isi ceritanya agar orang mau mendengarnya bicara."


With All of My Respect, RH ArKim.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar