'Setia' sama sekali bukan kata yang baru. Dan lingkungan sosial
menggunakan kata ini untuk ditujukan pada karakter seseorang yang
bertahan pada satu sisi, satu orang, ataupun satu pekerjaan yang dia
yakini adalah yang terbaik meski sebenarnya banyak pilihan lain yang
ditawarkan padanya.
Masalahnya ada
pada alasan seseorang bertahan pada pilihan tersebut. Bahwa tidak semua
hal yang dikatakan 'Setia' itu mengarah pada hal baik dan mengangkat
pangkat, karena sebenarnya banyak orang yang setia dengan alasan yang
salah, yaitu Pengekangan dan Fanatisme.
Terlalu banyak orang yang
mengatakan 'Setia' padahal sebenarnya merupakan pengekangan yang sangat
mengikat dan sangat menakuti dirinya. Sebagai contoh, seperti seorang
gadis yang bertahan pada satu pria yang sudah jelas merupakan tukang
selingkuh, kasar, dan tidak menjanjikan pernikahan. Biasanya sang gadis
menggunakan alasan 'Dia pasti akan berubah' untuk tetap bertahan,
padahal sebenarnya dirinya terkekang oleh ketakutan 'Tidak akan
menemukan yang lebih baik.'
Ada juga yang disebut dengan
fanatisme yang merupakan tingkat terburuk. Dikatakan sebagai tingkat
terburuk karena sifat dan sikap orang-orangnya yang selalu 'Mencari
kesalahan rival idolanya' dan 'Membenarkan keburukan pilihannya'.
Sebagai contoh, seorang fans selebriti yang tetap membela idolanya yang
sudah terbukti melakukan perbuatan tak senonoh, terbukti kontroversi,
dan terbukti merusak moral lewat karya-karyanya dengan ribuan alasan
konyol yang tidak masuk akal.
Satu hal yang penting untuk
diingat, bahwa Kesetiaan bergantung pada Kecerdasan. Kecerdasan untuk
memilih, menelaah, dan menganalisa apakah pilihannya benar adanya?
apakah dirinya tidak dibawah tekanan? dan apakah logika dan semua
kecerdasan spiritualnya bekerja.
Jadi, pertanyaannya sekarang.
Apakah pilihan yang anda pertahankan itu termasuk Setia yang Cerdas,
Pengekangan karena Ketakutan, ataukah Fanatisme yang Mematikan Akal?
Follow @rharkim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar