Selasa, 12 Juli 2016

Quote 22 RH Arkim




Quote 21 RH Arkim




Quote 20 RH Arkim




Quote 19 RH Arkim




Quote 18 RH Arkim






Quote 17 RH Arkim




Kamis, 04 Februari 2016

PEMBAHASAN BUKU SAKTI UN GANESHA OPERATION 2015/2016 MAPEL FISIKA

Untuk adek-adek siswa/i Ganesha Operation, silakan download pembahasan Buku Sakti UN Ganesha Operation TA 2015/2016 mapel fisika disini.




Login ke 4Shared dengan  Facebook, Twitter, atau Gmail. Jika ada yang masih ragu, silakan di komentari.




Setiap soal mewakili soal lainnya. Kerjakan soal yang belum dibahas dengan mengacu kepada soal yang ada di buku pembahasan ini. Tanyakan kepada pengajar fisika GO jika ada yang masih meragukan.

Usahakan membuka link dengan PC, atau bisa juga dengan smartphone dengan tampilan desktop.


Terima kasih sebelumnya, insyaaALLAH bermanfaat.

RH Arkim


Kamis, 28 Januari 2016

WANITA ITU SERING LUCU

Nyuruh cepat pulang, tapi gak boleh kencang-kencang bawa motor.

Katanya lapar berat, tapi masih milih-milih apa yang mau dimakan.

Bilangnya 'jangan telpon-telpon lagi!', tapi nanti kecewa kalo gak dihubungi.

Curhatnya minta pendapat, pas dikasih pendapat dianggap gak pengertian.

Memaksa laki-lakinya hemat, tapi dia sendiri pengen belanja banyak.

Katanya medsos buat nambah teman, tapi yang diajak chat itu-itu aja.

Maunya emansipasi wanita, tapi kalau kesinggung dikit baperan.

Pengen laki-lakinya terlihat keren pas kerja, tapi takut nanti kegantengan.

Niatnya ngurangin gendut, tapi pas diingetin diet malah ngambek gak mau makan.

Dan semua itu akan selalu menjadi tawa untuk laki-lakinya yang baik dan pengertian. Bahwasanya semua kelucuan itu akan menjadi kenangan dan ledekan kecil yang akan membuat wanita pura-pura marah dibalik kebahagian mereka.

__ RH Arkim __


Syukur jika kekasihmu sering menuntutmu

Syukur jika kekasihmu sering menuntutmu untuk menjadi lebih baik dalam banyak hal. Karena itu salah satu pertanda keseriusan hubungan, dan pertanda dia mempersiapkanmu sebelum menjadi ayah/ibu nantinya.

Yang harus kamu khawatirkan adalah jika dia selalu menerimamu apa adanya. Bisa jadi karena dia tak terlalu peduli tentangmu, atau mungkin dia punya orang lain yang menutupi kekuranganmu.

__ RH Arkim __


"BAGUSAN MANA, IPA ATAU IPS BANG?"

"BAGUSAN MANA, IPA ATAU IPS BANG?"
================================


"Bang, bagusnya saya ngambil IPA atau IPS bang?"

"Keduanya sama bagusnya."

"Menurut abang?"

Saya diam sejenak sebelum berkata lagi untuk memilih kalimat yang akan mengubah pola pikirnya. "Sebenarnya, abang lebih suka anak IPS milih IPS karena tidak suka pelajaran IPA, dibanding anak IPA yang milih IPA karena merasa IPS tidak lebih baik ataupun anak IPA yang milih IPA karena ikut-ikutan."

"Kenapa gitu, bang?"

"Setidaknya anak IPS sudah tahu ingin menjadi apa, dan sudah tahu tidak ingin menjadi apa."

"Tapi kata orang, anak IPS tu anak-anak kurang baik bang."

Tersenyum kecil "Nah loh. Anak IPA yang bilang anak IPS itu kurang baik, sebenarnya sudah tidak baik. Orang baik tak pernah merendahkan orang lain."

"Gitu ya bang." Jawabnya sambil manggut-manggut. "Jadi, bagusnya saya milih apa bang? IPA atau IPS?"

(Dalam hati) Ni anak gak paham-paham juga ternyata. Mungkin dia terlalu sibuk ngejar nilai sampai lupa ingin jadi apa nantinya. Atau mungkin dia terkena stigma masyarakat awam tentang IPA dan IPS. 

__ RH Arkim __


KRITIKAN UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA

KRITIKAN UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA
==================================
__ RH Arkim __

Kurikulum Indonesia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga yang dulu dimiliki oleh generasi lama. Yaitu kemampuan mengolah bakat siswa sejak masuk SMP agar mereka tahu akan menjadi apa, ataupun punya profesi yang bagaimana nantinya. Padahal berpuluh-puluh tahun yang lalu, para sarjana Indonesia mampu mendunia dan seringkali menjadi buah bibir masyarakat internasional. Namun sekarang, Indonesia hampir menjadi negara yang duduk selonjoran dengan tangan menengadah menunggu recehan negara lain.

Hampir setiap hari saya dihadapkan pada pertanyaan yang sama oleh hampir seluruh siswa saya,
"Dimana bagusnya saya kuliah bang?"
Bukankah itu aneh? Jika mereka saja tidak tahu akan kuliah dimana ataupun berprofesi apa, bagaimana saya bisa tahu? Saya bukan orang tua mereka yang merawat sejak bayi, ataupun cenayang yang mampu membuka cakrawala masa depan mereka. Dan itu membuat saya sering bingung dan kasihan karena saya sendiri hanya bisa mengarahkan, bukan memastikan.

Dan ini adalah beberapa hal yang menjadi kritikan besar saya untuk pendidikan Indonesia.

1. Pemerintah masih berpendapat bahwa jam belajar yang banyak tetap lebih baik dibanding kualitas pengajaran. Seolah-olah pemerintah menganggap makan nasi putih tiga piring sampai kenyang lebih baik dibandingkan nasi setengah piring yang ditambah lauk-pauk penuh gizi.

2. Penghargaan pada para guru masih minim yang menyebabkan banyak guru harus menambah penghasilan lain sehingga fokusnya terhadap pendidikan jadi berkurang.

3. Terlalu banyak memberikan perhatian pada pelajaran yang diUNkan sehingga mengabaikan aspek karakter seperti psikoligi, kreatifitas, budi pekerti, dan reliji.

4. Sangat sedikit memberikan informasi tentang perkuliahan ataupun keprofesian.

5. Kurikulum baru yang seolah-olah memaksa siswa mengerjakan tugas hingga puluhan soal tiap minggunya yang mengakibatkan siswa tak sempat mengembangkan hobi dan bakat.

6. Standar masuk perguruan tinggi masih berdasarkan nilai ujian dan rapor, bukan dari nilai gabungan antara IQ dan EQ.

7. Beberapa sekolah yang memiliki biaya pendidikan berbeda-beda dengan sarana/prasarana yang juga berbeda-beda sehingga sering muncul sistem kasta antar siswa.

8. Menyamakan standar ujian meski mengetahui bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda.

9. Pola pikir siswa yang tidak diarahkan bahwa program IPA ataupun IPS sama baiknya sesuai dengan minat. Agar paradigma masyarakat yang menganggap program IPS adalah untuk anak yang nilai rendah bisa terhapus.

10. Beberapa guru yang bersikap bukan sebagai pendidik, melainkan sebagai pelatih. (Baca selengkapnya di http://rharkim.blogspot.co.id/2015/02/dosa-sebagian-para-guru.html)

Dan masih banyak hal lain yang harus segera dibenahi sebelum generasi saat ini hanya akan menjadi generasi tanpa kreatifitas ataupun generasi penakut yang khawatir kecerdasan dan bakatnya hilang karena sistem yang kurang tepat sasaran.

With all of my respect, RH Arkim.

Menunggu itu melelahkan

Menunggu itu melelahkan. Namun disisi lain, menunggu akan mengajarkanmu untuk tegas memilih apakah tetap menunggu atau pergi duluan dengan seseorang yang juga sedang menunggumu.

Jadi jika kamu membuat seseorang menunggu terlalu lama, maka kamu tak punya hak untuk marah ataupun cemburu jika dia berhenti menunggu dan menjauh.

Alasannya, karena setiap orang punya hak untuk memilih yang terbaik untuk hidupnya. Sedangkan kamu? Kamu secara otomatis telah kehilangan gelar 'yang terbaik' menurutnya.

__RH Arkim__


NGAMBEK, DAN SEBUAH INDIKASI KETIDAKSETIAAN

Suatu waktu, seorang wanita bertanya pada saya tentang sikap suaminya padanya. Jujur saja, saya bukan seorang psikolog rumah tangga dan bahkan sama sekali tak pernah memimpikan hal itu. Namun dia tetap bersikeras agar saya membantunya dan mengatakan bahwa dia ingin mengumpulkan semua pendapat, baik oleh ahlinya maupun oleh amatiran seperti saya. Katanya lagi, dia tertarik dengan tulisan-tulisan saya tentang psikologi wanita. Berikut isi chat saya dengannya.

Saya : Jadi, bagaimana ceritanya menurut versi anda?
Wanita : Kok pake istilah 'versi anda'?
Saya : Wah, Anda yakin ingin tau alasannya? Tapi jangan tersinggung.
Wanita : Baik.


Saya : Wanita sering cerita dengan menambah prasangka di dalamnya. Agar terkesan dirinya adalah pihak yang selalu dirugikan.
Wanita : (Membaca chat saya, tapi tidak membalas selama beberapa saat.)

Saya : Jadi cerita?
Wanita : Gini aja deh. Saya gak jadi cerita. Nanya aja. Biar terkesan gak nambah-nambah. (Ada nada sindirian di dalam kalimatnya)
Saya : (Tersenyum dan mengangguk didepan komputer)
Wanita : Menurut abang, kenapa suami jadi sering telat pulang?


Saya : Ada tiga kemungkinan. Lembur, acara dengan teman-temannya, atau gak betah di rumah.
Wanita : Dia gak lembur. Dari yang saya dapat, dia sering main sama teman-temannya. Tapi masa sih tiap hari.


Saya : Terus? Apa yang anda pikirkan?
Wanita : Ini insting aku ya, bang. Kayaknya dia lagi dekat sama orang lain.
Saya : (Saat itu juga, saya berusaha memilah kata-kata) Sama wanita?
Wanita : Ya iya lah bang. Masa selingkuh sama pria?

Saya : Tunggu dulu. Saya gak bilang selingkuh. Yang saya maksud, anda merasa suami anda dekat dengan wanita lain?
Wanita : Iya.
Saya : (Berpikir sejenak) Kira-kira, apa yang menyebabkan dia dekat sama yang lain.

Wanita : Saya gak tau. Makanya saya nanya sama abang. Abang kan udah nikah. Kira-kira kalo abang, apa bang yang bikin abang dekat sama wanita lain?

Saya : Diandaikannya kok ke saya ya?
Wanita : Kan andaikan bang.

Saya : Saya mah, yang bikin saya jadi malas pulang dan dekat sama yang lain karena gak betah di rumah.
Wanita : Naah, itu dia bang. Emang saya kurang apa? Sampai dia gak betah di rumah?

Saya : (Tertawa kecil) Ntar... Ntar dulu. Kok jadi emosinya ke saya?
Wanita : Abisnya dia itu...
Saya : Gimana kalau saya bertanya balik. Apa yang sudah anda lakukan padanya.

Wanita : Banyak. Saya yang beresin rumah sebelum kerja dan pas pulang. Saya masakin makanan buat dia, banyak lah.

Saya : Kerjanya jam berapa? Pulangnya juga?
Wanita : Kerja jam delapan, pulangnya jam tujuh.
Saya : Capek nggak.
Wanita : Iya lah bang. Belum lagi banyak kerjaan di kantor. Makanya kadang saya kesal ma dia. Udah capek-capek gitu, tapi dianya gak ngerti. Sering minta ini itu. Makanya kadang saya ngambek dan malas bicara sama dia. Biar dia tahu kalau saya kecewa.
Saya : Hooo gituuu. Sekarang saya ngerti deh semuanya.

Wanita : Oh ya? Jadi gimana bang?

Saya : Anda pasti tahu hukum aksi-reaksi. Sikap anda itu seakan merupakan reaksi dari sikapnya. Padahal andalah yang melakukan aksi, dan dia yang melakukan reaksi.
Wanita : Maksudnya?

Saya : Ada dua alasan mengapa seorang suami lebih dekat dengan orang lain dibanding istrinya sendiri. Satu, memang ada yang salah dengan si suami itu. Dua, suami itu tidak mendapatkan haknya dari istri.

Wanita : Hak seperti apa, bang?
Saya : Mau yang paling sederhana dulu?
Wanita : Boleh.

Saya : Hak untuk merasakan kenyamanan rumah. Dan anda tidak memberikan itu. Anda selalu capek, gampang ngambek, kurang melayani suami, dan kalau boleh saya tambahkan, sering bawa-bawa urusan kerja ke rumah.

Wanita : Tapi kan saya kerja demi kebahagiaan keluarga. Lagipula, saya ini wanita karir.

Saya : Keluarga yang mana yang anda bahagiakan? Toh sekarang kebahagiaan keluarga sedang tidak anda rasakan.
Wanita : Terus saya harus bagaimana? Berhenti kerja?
Saya : Saya tidak menyarankan anda berhenti kerja. Yang saya sarankan hanyalah mengganti kerja anda. Pekerjaan yang tidak akan mengganggu kewajiban anda.


Wanita : Contohnya?
Saya : Tanyainnya jangan ke saya dong. Diskusikan itu dengan suami anda lah.
Wanita : Gitu ya?
Saya : Iyap. Saya khawatirnya gini, masalah anda dengan suami anda sekarang karena suami anda gak ridho sama pekerjaan anda. Makanya gak berkah.


Wanita : Tapi kan rejeki harus dikejar bang. Biar nanti anak-anak kami gak kekurangan.
Saya : Rejeki kan tidak harus uang. Kedamaian batin seperti pelukan suami saat pulang kerja itu sudah jadi rejeki kan?
Wanita : (Agak lama sebelum membalas) Baiklah, bang. Nanti saya coba diskusikan sama suami saya. Terima kasih ya bang. Assalamualaikum...
Saya : Waalaikum salam...


"Setiap aksi selalu menciptakan reaksi, dan itu hukum Tuhan yang difisikakan oleh Isaac Newton. Hanya saja, kadang orang yang merasa tidak bahagia sebagai reaksi dari aksi yang dilakukan orang lain tanpa pernah terpikir olehnya bahwa dialah sumber masalah sebenarnya."

__RH Arkim__


HAL UNIK TENTANG EMAK-EMAK

1. Kemampuan marketing emak-emak diatas rata-rata.
Emak-emak : Ni baju berapaan?
Penjual : 60ribu bu.
Emak-emak : 5ribu aja ya.
Penjual : (Merasa lelah dengan hidup)

2. Salah satu pilihan hidup yang berat adalah memilih untuk menyalip sebelah kiri atau kanan dari belakang emak-emak yang bawa motor. Apalagi kalau lampu sen emak-emak itu nyala.

3. Kalau emak-emak ngomel,
Yang rencananya mau dikatakan : Kamu itu tidak boleh begitu.
Yang akhirnya dikatakan : Kamu itu Jsgsjda kaysb hsyehsy. Gak tau aowuw jddbcjxu sgsu. Coba hshfwuwh ddbusb najsoq. Dasar anak uwosyshg hhdysy. Heh, dengar ya, sagjav hfahw usgsv hsus ysvsu. Dulu kjhskf khasdsh.

4. Kamu gak sengaja kesenggol emak-emak sensitif yang jago silat? Mending bersimpuh minta maaf sebelum bonyok.

5. Tanding cerdas cermat sama emak-emak.
(Ronde 1) Giliran kamu bicara.
(Ronde 2 sampai infinity) Giliran emak-emak yang bicara.

6. Emak-emak kalau ngobrol ma emak-emak lain, semuanya bisa berkaitan.
"Eh, si Rini udah kawin loh. Ngomong-ngomong soal kawin, kambing Buk Bar poligami ya. Kabar-kabarnya si Anto jadi polwan. Polwan yang disana ntu sok tahu. Tahu goreng Pak Sidi hambar gak ada rasa. Rasa-rasanya mau ujan badai. Badai Kerispatih udah bikin band baru. Barungsai di China beda ya sama disini. Disini ada setan ntu judul sinetron jadul. Judul sinetron apa tu yang ada harimau-harimaunya. Kayaknya hari mau ujan deh."

7. Sesangar-sangarnya preman tawuran, gentar juga kalo lawannya emak-emak bawa sapu lidi.

8. Hipotesa ahli fisika : Bumi itu bulat.
Hipotesa emak-emak : Bumi itu datar
Hipotesa orang fisika : Kayaknya bumi itu datar.

9. Anak muda yang salah, emak-emak ngomong "Dasar gak tahu sopan santun sama orang tua." Anak muda kemudian minta maaf
Emak-emak yang salah, emak-emak bakal ngomong "Yaaa, salahin saja terus orang tua." Anak muda kemudian minta maaf.

Tapi meski begitu, emak kita adalah wanita terbaik. Dia adalah harta yang takkan terganti oleh ayah, istri/suami, ataupun guru. Dan percayalah, suatu ketika nanti setiap anak akan merindukan omelan emaknya.

__RH Arkim__


"Yakin ingin menjadikan pengasuh sebagai cinta pertama sang anak?"

Seorang siswi pernah berkata pada saya, "Bang, saya rencananya nanti nikahnya pas umur 30 tahun. Mau karir dulu sampai banyak tabungan baru nikah. Ntar kalo dah banyak tabungannya, bisa bikin usaha ndiri. Kan nikah tu gampang aja bang."

Saya sedikit tersentak, namun dengan cepat menjawab untuk membantahnya, "Nikah mah emang gampang. Tau susahnya apa?"

"Apa bang?"

"Mencari laki-laki yang baik, yang karirnya menjanjikan, yang sholeh, yang menyayangi keluarga, yang setia, dan -- yang terpenting -- mau nikah sama wanita pengejar karir berumur 30 tahun."

Siswi saya sedikit terhenyak dengan pernyataan saya, namun masih mencoba membela diri, "Terus, ngapain kuliah, bang, kalau ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga?"

Saya menjawab, "Ada perbedaan yang nyata antara wanita berpendidikan dengan tak berpendidikan dalam pendamping suami dan merawat anak. Istri yang berpendidikan selalu mencari solusi saat keluarganya ditimpa masalah, bukan mencari-cari kesalahan suami. Ibu yang berpendidikan akan menjadi ensiklopedia bagi anaknya, bukan menjadi ibu yang selalu marah-marah saat anaknya kepo."

"Sepenting itu ya bang?" Katanya lagi. "Tapi kan ada pengasuh bang yang bisa membantu merawat anak?"

"Yakin mau jadikan pengasuh sebagai cinta pertama anak nantinya? Nanti jadi blunder."

Siswi saya terdiam sejenak. Saya melihat ada keinginan untuk membantah. Tapi beberapa saat kemudian dia mengangguk pelan. Dan itu sudah cukup bagi saya untuk membuatnya memahami pentingnya peran seorang ibu, meski saat ini dia maskih berseragam putih abu-abu.

Saya menasehati di akhir obrolan. "Mungkin adek merasa karir sangat penting bagi wanita. Tapi pria yang baik lebih menginginkan istri yang akan menjadi manajer untuk rumah dan anaknya. Bukan istri yang akan menjadi manajer untuk perusahaan dan anak orang lain."

__ RH Arkim __


Orang baik itu ...

Orang baik itu,
belum bisa dikatakan baik sebelum kebaikannya menjadi fitnah buruk yang secara sangat tajam menusuk harga diri hingga melelahkan keinginannya untuk tetap bersikap baik dan mengikis keikhlasannya untuk tetap berlaku baik.

Percayalah! Niat yang tulus itu takkan dipertanyakan. Karena orang baik yang murni berjiwa baik hanya bisa terlihat dari ketenangannya untuk tidak membalas hujatan, dan dari kerendahan hatinya untuk tetap tersenyum meski dunia seolah-olah takkan berlaku baik lagi padanya.
(Kudedikasikan ini untuk anda, orang baik yang tidak diperlakukan baik.)


SOAL-SOAL UJIAN FISIKA YANG BIKIN GALAU

SOAL-SOAL UJIAN FISIKA YANG BIKIN GALAU


1. Degup jantung Panjul mengencang dengan Amplitudo 2 cm dan frekuensi getaran jantung Panjul 120 Hz saat Susi berkata padanya "Maaf, kita tak bisa lagi bersama. Aku sudah punya cowok lain yang lebih ganteng, lebih tajir, dan lebih tinggi dari kamu. Kita putus saja ya!". Tentukan persamaan simpangan yang terjadi!

2. Pada suatu hari, Panjul melihat mantannya, Susi, di kejauhan. Panjul mengejar dan memanggil Susi dengan laju 72 km/jam dan frekuensi 500 Hz. Karena Susi ketakutan nanti diajak balikan, Susi kabur dengan laju 90 km/jam meninggalkan Panjul yang terus mengejar dan mengiba-iba. Berapakah frekuensi yang didengar Susi?

3. Saking galaunya, Panjul berlari lurus sekuat tenaga diatas gedung setinggi 80 m dengan laju 36km/jam menghindari bayang-bayang kenangan mantan di belakangnya yang terus mengejar. Jika dia terus berlari hingga melompat dari gedung tersebut sampai ketanah, berapakah jarak mendatar yang dicapai Panjul?

4. Rasa sakit hati Panjul bertambah saat teman-teman dan keluarganya mensyukuri putusnya dia dengan Susi. Sebagian bahkan melakukan sujud syukur dan sebagian lagi mengadakan pesta meriah. Jika kemudian Panjul menyetrum dirinya dengan listrik bertegangan 220 Volt dan arus 3 Ampere selama 24 jam. Tentukan Daya dan Energi listrik!

5. Sinar kehidupan di mata Panjul mulai meredup saat menerima undangan nikahan Susi dengan pacar barunya itu. Dengan sisa-sisa hidupnya (yang sebenarnya tidak terlalu bermanfaat sih), dia menyalakan senter bercahaya kuning dengan panjang gelombang 600 nm yang kemudian di tempelkan ke matanya agar terang kembali. Berapakah frekuensi cahaya senter tersebut?

__ RH Arkim __


"IRA KASIHAN SAMA TEMAN-TEMAN."

Suatu ketika, di dalam bus TK yang berisi beberapa anak yang akan diantarkan pulang.

"Papaku kemarin pulang dari Singapur loh." Sati mengangkat tangan kanannya dan memamerkan gelang hijau dengan beberapa hiasan permata plastik kepada teman-temannya. "Trus Ati dikasih gelang ini sama papa. Bagus kan?"

"Waaah. Lucuuu!" Sahut Riane yang duduk disebelah kiri Sati sambil mengelus gelang milik Sati itu dengan perasaan kagum.

"Sayangnya, papa harus balik lagi ke Singapur nanti malam. Gak tau kapan pulangnya."

"Tapi papamu hebat loh." Timpal Tika di depannya yang menoleh kebelakang. "Kerjanya diluar negeri. Wuiiis..."

"Ayah Ane juga hebat." Riane tidak mau kalah. "Ayah kerjanya di Bank. Tiap hari pake dasi. Keren deh. Sekali dua bulan ayah ngajak Bunda sama Ane ke pantai."

"Kok cuma sekali dua bulan?" Tanya Sati.

"Abisnya ayah sibuk sih. Kadang-kadang hari minggu kerja."

"Kalau papaku lain lagi." Tika memperbaiki posisi duduk dan menghadap kebelakang sepenuhnya. "Papaku pejabat. Temannya polisi loh. Hampir tiap hari ada teman papa yang polisi datang ke rumah trus ngobrol-ngobrol sama mama nanyain kerjaan papa. Kadang papa muncul di TV main borgol-borgolan sama teman-temannya."

"Mau dooong muncul di TV." Hampir serentak Sati dan Riane berkata.

"Iya doong." Tika semakin bangga. "Tapi kasihan si Ira."

Ira yang duduk disebelah kiri Tika sedikit terkejut saat namanya dbawa-bawa. "Memangnya kenapa dengan Ira? Kok kasihan?" Tanyanya.

"Abisnya ayah Ira cuma peternak sih." Jawab Tika. "Gak sekeren orang tua kita-kita."

Ira hanya tersenyum.

"Pasti pulangnya bau." Kata Riane.

"Trus gak pernah dibeliin oleh-oleh dari luar negeri. Ya kan?" Sati ikut menimpali.

Sekali lagi, Ira hanya tersenyum. Dan dia terus ersenyum meski teman-temannya masih membicarakan tentang ayahnya yang seorang peternak. Hingga bus yang ditumpanginya berhenti di sebuah peternakan tempat ayahnya bekerja.

Ira turun dari bus dan melambaikan tangan pada teman-temannya. Setelah bus menjauh, dia berbalik dan berjalan cepat ke kantor kecil yang agak kumuh di sebelah pintu masuk peternakan.

"Loh loh loh loh. Anak ayah udah pulang toh?" Sambut ayahnya yang sedang sibuk menulis diatas buku tebal panjang. Ayahnya bangkit dan langsung menggendong Ira. Kumisnya yang agak lebat dan mendarat dipipinya membuatnya tertawa cekikikan.

"Duduk dulu ya sayang. Ayah mau nulis dulu bentar." Sang ayah mendudukkannya ke atas kursi empuk tepat didepan mejanya.

"Permisi, pak." Seseorang mengetuk pintu yang terbuka dan langsung masuk tepat seteah ayahnya duduk kembali. "Ini laporan penjualan kita hari ini." Katanya sambil menunjukkan selembar kertas HVS.

"Bacakan saja, Jo!" Perintah ayahnya.

"Yang terjual hari ini tiga belas kambing, dua sapi, 127 ekor ayam, 692 telur ayam, dan 308 telur bebek."

"Hmm. Agak berkurang ya dibanding kemarin."

"Benar pak. Tapi beberapa langganan kita akan datang sore ini untuk membahas kerjasama. Sekitar jam empat. Mungkin akan ada pembelian."

"Baik. Kamu boleh kembali."

Pria yang bernama Jo itu keluar dari ruangan setelah mengangguk hormat dan menepuk pelan kepala Ira.

"Sayang mau makan apa? Ayah beliin ya." Tanya ayahnya.

"Nanti saja, yah. Di rumah." Jawab Ira. "O iya, yah. Minggu jadi kan kita liburan ke Malaysia?"

"Jadi dooong. InsyaaALLAH jadi."

"Terus minggu depannya ke Raja Ampat kan?"

"Hahaha, iya iya sayaaang. Kan tiap minggu kita jalan-jalan sekeluarga."

Ira kembali tersenyum, tapi kali ini lebih lebar dibanding tadi.

Ayahnya menjadi sedikit heran melihatnya yang tersenyum penuh arti. "Ira kenapa? Kok dari tadi senyum-senyum aja? Ada yang dirahasiain ya?" Selidik ayahnya.

"Gak kok, yah." Ira turun dari kursi dan berlari kecil ke pangkuan ayahnya. "Ira senang banget sama ayah. Tapi juga kasihan sama teman-teman."

__ RH Arkim __


Wanita itu sangat Unik

Wanita itu sangat unik, Mereka meminta dan memaksa prianya bersikap dewasa, bertutur kata dewasa, berprofesi dewasa dan memperlakukan mereka dengan dewasa.
Agar si wanita itu tetap bebas bertindak seperti ABG yang ingin dimanja, ingin dimengerti, ingin diperhatikan, dan ingin dipuji sebanyak-banyaknya.
Disitulah keindahannya. Wanita yang menarik adalah wanita yang menjadi remaja bagi prianya, namun menjadi dewasa untuk anaknya.


BEDANYA ISYARAT CEWEK SAMA COWOK

kalau cewek ngomong 'Aku ingin kamu mengerti', itu artinya :
= Telpon aku tiap hari
= Kasih kabar kamu dimana, dengan siapa, dan lagi ngapain
= Ucapin 'slamat malam' pas mau tidur
= Temanin aku belanja
= Rayain ultah aku
= Bikin aku tertawa pas lagi bad mood
= Sesekali kasih puisi romantis
= Editin foto kita dan kirim ke facebook, instagram, ama BBM
= Ceritain tentang aku ke teman-teman kamu
= Selalu bikin status tentang kita
= Belain aku kalau lagi berantem sama orang lain
= Dengerin unek-unek aku
= Tolong jangan banyak ngasih nasehat

kalau cowok ngomong 'Aku lagi sibuk', artinya
= Jangan ganggu! gua mau maen game.
= Jangan ganggu! gua mau hang out
= Jangan ganggu! gua mau nonton
= Jangan ganggu! gua mau baca komik
= Jangan ganggu! gua mau tidur
= Jangan ganggu! dan tolong jangan tanya-tanya gua lagi ngapain.

__ RH Arkim __


TIPE-TIPE PERAMPOK

Perampok biasa
"Gue rampok. Serahin tas lo!"

Perambok tak biasa
"Lo rampok. Serahin tas gue!"

Perampok curhat colongan
"Gue rampok. Kemarin abis putus dari pacar. Lo gak tau rasanya kan? Sakiiiit tauk. Jadi serahin tas lo!"

Perampok alay
"6u3 r4mp0ck. 53r4h1n t45 l03!"

Perampok penyiar radio
"Baik saudara pendengar, demikianlah penjelasan lengkap tentang kerjaan saya sekarang. Nah untuk lagu berikutnya, saya beri judul 'serahin tas kamu!' yang dinyanyikan oleh saya sendiri."

Perampok sales marketing
"Selamat! Anda telah berhasil dirampok hari ini. Sebagai hadiahnya, potongan rampok 30% beserta voucher 50% jika anda dirampok lain hari."

Perampok to the point
"Rampok! Tas!"

Perampok bertele-tele
"Gue orang yang berprofesi selalu ngambil punya orang secara paksa. Serahin benda yang biasanya jadi tempat ngeletakin bedak, dompet, sama handphone milik lo!"

Perampok kedokteran
"Kalo kamu gak mau uratmu mengeluarkan plasma darah beserta eritrosit, leukosit, dan trombosit, serahkan tasmu!"

Perampok debt collector
"Gue rampok. Serahin isi tas lo secara nyicil!"

Perampok kebelet
"Gu... gue ramp (Brooott). Cep (preeet) serahin ta (shhhh) lo! Auukh..."

Perampok militer
"Rampoooook... Jalan! Seraaaaah... Grak!"

Perampok ahli pidato
"Pertama-tama, marilah kita panjatkan syukur atas pertemuan kita hari ini yang menjadi rezeki untuk saya walaupun saya tahu tidak halal. Untuk tidak memperpanjang kata sambutan, langsung saja kita menuju topik perampokan yang mana anda akan diminta menyerahkan tas secara sukarela."

__ RH Arkim __


"KARYAMU INI SAMPAH!"

"Karyamu ini sampah!" Kata seorang mentor pada muridnya sambil membuang ukiran kayu pemberian muridnya itu ke lantai marmer hingga retak.

Muridnya menatap ukiran itu dengan dahi berkerut. Lalu mengangkat wajahnya dan bertanya, "Sampah apa pak? Organik atau anorganik."

"Organik!"
"Saya jadikan pupuk saja pak, biar karya berikutnya lebih ranum buahnya."

"Kalau anorganik?!"
"Yaa, saya daur ulang lah pak."

Sang mentor seketika itu juga membungkuk memberi hormat pada si murid.


SETIAP ANAK TERLAHIR DENGAN BAKAT

SETIAP ANAK TERLAHIR DENGAN BAKAT

Aku takkan lupa tentang seorang guru yang mengajarkan aku bukan dengan ilmu tinggi yang dia miliki ataupun dengan penggaris kayu panjang yang kadang digunakan sebagai pengganti pentungan.

Dia selalu memulai pelajaran dengan doa. Bukan doa hafalan yang dilafalkan dengan nyaring, tapi doa yang dibaca dalam hati. Aku tak lupa kalimatnya saat memimpin doa, "Mudah-mudahan yang kita pelajari ini tidak lupa pas ujian". Dia tak menyuruh kami untuk berdoa panjang lebar. Cukuplah dengan niat 'tidak lupa pas ujian’. Sederhana memang, namun itu menjadikan kami tulus saat berdoa.

Dia tak pernah menghentikan kreasi dan imajinasi kami yang seringkali aneh, nyeleneh, dan membuat kami tidak fokus memperhatikannya. Yang dilakukannya adalah mengacungkan jempol saat kami sibuk menggambar atau mengisi TTS, dan kadang ikut nimbrung ketika kami meribut. Setelah itu dia akan berkata, ’itu sangat menarik, tapi sebelum itu coba perhatikan papan tulis dulu’. Hal kecil itu membuat kami merasa dihargai hingga kamipun segan jika tidak menghargainya. Tanpa sadar, fokus kami kembali ke pelajarannya.

Aku dan kawan-kawan adalah tipe orang yang malas mencatat dan mengerjakan latihan. Tapi dia justru berkata ’yang bisa mengerjakan soal ini tanpa menulis, PR dikurangi 50%'. Tantangan itu mengajarkanku menghitung angka dengan cepat tanpa harus menulis dan membuat kalkulator yang kubeli mahal jadi sering menganggur.

Dia tidak pemarah. Kekecewaannya pada kelakuan tak sopan kami seringkali ditunjukkan dengan duduk memperhatikan seisi kelas tanpa ekspresi, dan itu dilakukan sampai kami merasa bersalah, diam, juga sekaligus memperbaiki sikap. Barulah dia berdiri, melanjutkan pelajaran seakan-akan tidak ada yang terjadi sebelumnya.

Dia tidak pemaksa kehendak. Tak pernah sekalipun dia memaksa kami menggunakan cara dia untuk menghitung angka. Dia bahkan mengapresiasi siapapun yang berhasil menemukan trik dan solusi menghapal atau menghitung cepat dengan candaan, "Cara kamu itu keren juga. Nanti saya bagi ke kelas lain biar jadi ilmu yang bermanfaat kalau-kalau nanti kamu banyak dosa". Dan dia memang membaginya ke orang lain dengan terus mengatakan nama penemunya.

Saat kami ragu dengan rencana kuliah, dia berkata "Setiap orang terlahir dengan bakat yang berbeda-beda. Dan bakat itu sebenarnya sering dilampiaskan dalam bentuk permainan, bacaan, obrolan, dan bahkan kelakuan. Anak yang suka memperhatikan alat-alat punya bakat engineer. Anak yang suka mikir menjual bakwan emaknya yang enak punya bakat bisnis. Anak yang suka maen game bangun bangungan punya bakat arsitek. Anak yang suka ngelawak punya bakat humor. Anak yang suka mengomentari pakaian orang punya bakat fashion. Yang harus dilakukan hanyalah temukan apa yang paling suka dilakukan dan hampir tak pernah bosan untuk itu selama hal itu baik dan menyukseskan kalian nantinya."

Dan dia sering berkata,
"Tuhan itu Maha Besar dan Maha Kaya. Sebesar apapun mintamu, dan sebanyak apapun keinginanmu, itu masih teramat kecil dan sangat sedikit bagiNYA. Jadi berharaplah yang luar biasa untuk masa depan."
Bukan dengan ilmu dia mengajarkan kami, melainkan dengan sikap.

__ RH Arkim __


"AKU BERSYUKUR, IBUKU MENINGGAL, ..."

Dia berjalan kearah kerumunan tempat prosesi ibunya dikuburkan dengan langkah tegap penuh kepercayaan diri tanpa sedikitpun bekas air mata di pipinya. Orang-orang melihatnya, menyalaminya, dan mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya wanita tercinta yang telah membesarkannya. Hampir tak ada sedikitpun rasa kesedihan di wajahnya. Dan senyumnya yang ramah itu menimbulkan tanda tanya di benak para pelayat, termasuk saudari satu-satunya.

Dia berdiri di tepi kuburan menatap liang lahat seolah-olah ingin mengukur luasnya. Lalu masuk kedalam, membantu pemakaman ibunya meski tanah basah mengotori jas yang dikenakannya. Sesekali dia tersenyum menatap wajah ibunya yang kaku dan tak bisa lagi membuka matanya. Dan sekali lagi, tidak adanya kesedihan diwajahnya menimbulkan pertanyaan, 'Ada apa antara dia dan ibunya?'.

Orang-orang telah pergi meninggalkannya yang masih berdiri di tepi kuburan sang ibu. Saudarinya pun telah dimintanya untuk pergi duluan mengurus suami dan anak-anaknya. Sementara dia tetap berdiri disana, sendirian, namun sekali lagi, tanpa sedikitpun kesedihan. Sesekali dia tersenyum seakan ibu melihatnya dari dalam.

"Boleh saya bertanya, nak?" Sapaan pak ustadz dari belakang mengagetkannya.
Dia menoleh kebelakang dan mengangguk kecil sambil tersenyum.
Pak ustadz lalu berdiri disebelah kanannya, "Saya hanya ingin meluruskan rasa penasaran warga padamu, ada apa antara kamu dan ibumu?"
"Maksudnya pak?"
"Yaaah, kami tidak melihat sedikitpun rasa sedih diwajahmu."

Sekali lagi dia tersenyum dan menatap pusara sang ibu, "Ayahku meninggal saat aku masih remaja, dan dia ayah yang sangat baik meski bekerja pas-pasan. Dia melindungi kami dari apapun yang merusak lahir dan batin kami. Tapi aku adalah anak pembangkang. Di hari terakhir ayahku, aku bertengkar hebat dengannya dan bahkan meyumpahinya hanya karena dia tak membelikan aku handphone yang kuinginkan. Aku takkan lupa saat ayahku selesai dikuburkan, pak ustadz. Ibuku menangis setiap harinya, tubuhnya melemah dan mengurus. Namun dia tak berhenti berkeliling menjajakan bakwan keseluruh kampung meski beberapa bakwan yang terjual itu terasa asin bercampur dengan air matanya.

Aku melihatnya setiap saat pak, dan aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku yang telah membawa kekecewaan di wajah ayahku saat dia meninggal. Sejak itu, aku meyakinkan diriku bahwa suatu hari nanti ibuku akan mengalami hal yang sama. Dia akan meninggal, dia akan meninggal, dan dia akan meninggal. Dan itu hanya masalah waktu.

Pikiran itu terus menghantuiku dan memaksaku harus melakukan sesuatu. Aku tak bisa lagi melakukan kesalahan yang sama seperti pada ayahku. Aku mengubah semua tentang hidupku, baik duniaku maupun agamaku, karena setiap harinya aku berpikir mungkin besok adalah hari terakhir ibuku. Hingga aku berada di posisi seperti ini, pak ustadz.

Aku bersyukur, ibuku meninggal ketika aku tidak lagi membebani hidupnya.
Aku bersyukur, ibuku meninggal setelah aku memberinya cucu yang sehat dan berbakti.
Aku bersyukur, ibuku meninggal saat masa tuanya hanya tinggal memikirkan ibadah.
Aku bersyukur, ibuku meninggal dengan menepuk dada setiap kali dia bercerita tentangku dan saudariku.
Aku bersyukur, ibuku meninggal di rumahnya dan bukan di kontrakannya.
Aku bersyukur, ibuku meninggal sekarang ini, pk ustadz.
Aku bersyukur, ibuku meninggal penuh kebahagiaan karena aku dan saudariku selalu menghubunginya setiap hari menanyakan kabarnya dan menceritakan kabar kami."

Dia mulai meneteskan air mata, dan mulai mengalir deras, meski bibirnya terus menerus mengukirkan senyum yang menyejukkan.

"Dan aku bersyukur, pak ustadz. Aku bersyukur, ibuku meninggal tanpa membawa kekecewaan kealam sana dan yakin bahwa aku dan saudariku akan terus memberinya kebanggaan yang akan dikatakannya pada TUHAN dan pada ayahku.

Penyesalanku sekarang, aku harus bersabar untuk melihat senyumnya dan mendengar tawanya lagi."

With All of My Respect, RH Arkim.


'KENAKALAN' ITU NAMANYA 'BEDA SUDUT PANDANG'

'KENAKALAN' ITU NAMANYA 'BEDA SUDUT PANDANG'

Hampir delapan tahun saya menjadi seorang tentor mata pelajaran yang banyak ditakuti orang, Fisika. Dan selama itu pula saya 'diajarkan' --bukan hanya mengajarkan-- untuk mengenali watak mereka dari tahun ke tahun. Ada banyak keunikan, ada ribuan kecerdasan, ada kreatifitas berlebihan, ada imajinasi serba ngawur, hingga kenakalan yang membumbui.

Dan hari ini, sekali lagi saya mendapat pelajaran berharga. Satu hal yang tidak banyak di pikirkan oleh para guru, termasuk saya sendiri.

Tepat setelah saya mencatatkan pelajaran di papan tulis, seorang siswa paling nakal dan paling berulah bangkit dari kursinya, mengambil handphone, dan mulai memfoto tiap sisi papan tulis dengan rapi. Saya membiarkannya meski sempat tertawa kecil dan geleng-geleng kepala, toh sejak awal meski suka bercanda dengan temannya, dia tetap memahami apa yang saya ajarkan.

Hingga seorang temannya berkata, "Sopanlah sedikit, catat di buku. Kalau di sekolah, pasti kamu guru marah."

Dan dia menjawab sambil tetap memfoto, "Logikanya, catat di buku cuma berguna sedikit. Sekarang ini, orang megang handphone lebih sering daripada buku. Buku cuma dibawa pas mau ujian, handphone, hampir 24 jam sehari."

Saya terkesiap takjub, sementara teman-temannya tertawa keras sambil mengangguk setuju dan bertepuk tangan. Dia yang paling suka berbuat onar dan paling sering disidang guru sekolah punya sudut pandang yang berbeda. Siswa-siswa lain yang selalu diam memperhatikan apa yang saya ajarkan seolah-olah tidak ada apa-apanya jika ditanya tentang kreatifitas dan sudut pandang yang unik.

Satu hal yang saya tahu pasti, bahwa "Kenakalan itu tidak ada. Adanya hanyalah kecerdasan dan kreatifitas belum terarah yang butuh pelampiasan."

__ RH Arkim __


BAHWA TAK SEMUA ORANG MENGERTI CANDAAN

BAHWA TAK SEMUA ORANG MENGERTI CANDAAN

Pernah suatu ketika saya membuat sebuah terobosan materi pelajaran yang sebenarnya sangat rumit dan panjang, namun alhamduliLLAH berhasil saya sederhanakan dengan trik matematika sederhana yang dengan bahasa sederhananya.

Trik itu saya bagikan kepada banyak siswa dengan kata-kata 'soal latihan seperti ini maksimal butul waktu 15 detik'. Banyak yang tak percaya karena mereka tahu susahnya materi itu. Namun saya memberi pembuktian didepan mereka, bahwa itu memang benar adanya.

Dan disinilah masalahnya, saya membuat kesalahan dalam penggunaan kata dan justru memberi efek pengajaran psikologi.

Demi untuk membuktikan benar atau tidaknya trik itu, saya membuat sebuah soal latihan yang sangat sulit dan sangat acak dengan angka yang besar yang tidak pernah diberikan oleh buku latihan manapun. Saya tunjukkan pada mereka penyelesaian dengan metode berbelit-belit yang ternyata panjang dan menghabiskan hampir ruang kosong di papan tulis dimana kalkulator harus digunakan untuk menghitung hasilnya. Kemudian saya tutup latihan itu dengan trik sederhana yang ternyata memang butuh waktu kurang dari 15 detik.

Sebagian besar alhamduliLLAH kagum tak percaya, namun yang tidak saya duga adalah sebagian dari mereka 'salah menangkap' maksud dari apa yang saya katakan setelahnya, yaitu

"Bisa dibedakan mana penyelesaian yang lebih enak? Soal ini abang bikin sendiri dan memang sangat sulit. Namun penyelesaian didepan yang sangat panjang ini terasa 'tidak manusiawi' jika dipakai pas ujian yang hanya punya waktu singkat. Jadi nanti saat ujian dengan waktu terbatas, gunakan trik ini, karena hasilnya akan sama saja."


Salah satu dari siswa yang 'salah menangkap' maksud saya tadi langsung melaporkan kepada gurunya bahwa saya mengatakan 'guru fisika sekolah tidak manusiawi' dan hal itu menyebar dengan cepat.

Sontak, saya kaget. Saya akui bahwa saya adalah tipe orang yang 'to the point' dan tidak biasa mengatakan sesuatu berbelit-belit. Tapi saya juga bukan tipe orang yang dengan mudahnya berkata seseorang 'tidak manusiawi' apalagi orang yang tidak saya kenal baik. Meski akhirnya rekan-rekan saya alhamduliLLAH berhasil membersihkan hal itu, namun tetap saja saya tak habis pikir.

Saya tidak akan membela diri, bahwa candaan 'tidak manusiawi' memang lancang dan saya meminta maaf dengan sangat untuk itu. Tapi sayapun juga sadar bahwa 'tidak manusiawi' adalah tuduhan yang serius yang tidak akan pernah saya lontarkan sembarangan untuk menggambarkan sikap seseorang.

Dan hari ini saya belajar satu hal,

"Jika kebaikan saja dengan mudah bisa menjadi kesalahpahaman, maka akan lebih mudah lagi 'ketidaksengajaan berkata dalam canda' menjadi sebuah tuduhan yang menjatuhkan."

__ RH Arkim __


"RASULULLAH SAJA TIDAK PAKAI HELM!!"

"RASULULLAH SAJA TIDAK PAKAI HELM!!"

Suatu ketika, seorang polisi menghentikan seorang bapak pengendara sepeda motor yang tidak mengenakan helm dimana bapak itu hanya mengenakan peci berwarna putih sebagai penggantinya. Tanpa pikir panjang, polisi meminta SIM dan STNK si bapak yang langsung ditolak dengan keras si bapak.

Polisi : (Mengeluarkan buku tilang) Maaf, boleh saya melihat SIM dan STNK anda?
Bapak : Sebutkan apa kesalahan saya.

Polisi : Anda tidak mengenakan helm.
Bapak : Saya tidak akan mengenakan helm, itu bukan sesuatu yang wajar di agama saya.

Polisi : (Sedikit bingung) Maksud anda?
Bapak : RASULULLAH SAJA TIDAK PAKAI HELM. JADI JANGAN MINTA SAYA MENGENAKAN SESUATU YANG TIDAK DIKENAKAN OLEH BELIAU.

Polisi : (Menutup bukunya dan tersenyum ramah) Begitu ya pak? Tapi setahu saya juga, RASULULLAH TIDAK MENGENDARAI MOTOR. Dan pertanyaan saya pun sederhana, andai zaman itu sudah ada motor, APAKAH ANDA YAKIN RASULULLAH TIDAK AKAN PERNAH MEMAKAI HELM?
Bapak : (Tersentak dan terdiam seketika)

Polisi : Anda dengan mudahnya mengharamkan yang anda benci, tapi menghalalkan yang anda sukai seolah-olah andalah penentunya. AlhamduliLLAH saya juga punya ilmu agama yang baik, dan saya percaya bahwa RASULULLAH lebih menyukai umatnya yang melindungi kesehatannya dan keluarganya.
Bapak : Apa maksud bapak? Apakah hanya karena helm berarti saya tak melindungi keluarga saya?

Polisi : Benar. Bahwa jika terjadi hal buruk yang mencelakai kepala anda akibat benturan, apakah keluarga anda tidak akan menerima akibatnya? Bagaimana perasaan takut dan tertekan yang akan mereka rasakan? Siapa yang nanti akan menafkahi mereka?
Bapak : ALLAH yang akan menafkahi mereka.

Polisi : Lewat siapa? Bukankah rezeki yang diberikan ALLAH seringkali lewat orang lain? Dan bukankah rezeki yang mereka terima itu lewat anda? Jika anda cacat, maka aliran rezeki akan lewat orang lain, bisa jadi 'ayah tiri anak-anak anda'. Dan apakah anda ikhlas dengan itu?
Bapak : (Sekali lagi terdiam sambil mengeluarkan SIM dan STNK)

Polisi : Ini pesan saya buat anda pak, melindungi diri anda sama halnya dengan melindungi keluarga anda. Mungkin ini hanya sebuah helm, tapi bayangkan perasaan nyaman yang dirasakan istri anda saat melihat kepala suaminya terlindungi. Dan jika anda mencintai keluarga anda, maka anda pasti mengurangi resiko yang membahayakan anda. Hari ini saya tak menilang anda, anggaplah nasehat barusan sebagai surat tilang saya untuk anda.

__ RH Arkim __


Quote 16 RH Arkim




Quote 15 RH Arkim




Quote 14 RH Arkim