Kamis, 28 Januari 2016

NGAMBEK, DAN SEBUAH INDIKASI KETIDAKSETIAAN

Suatu waktu, seorang wanita bertanya pada saya tentang sikap suaminya padanya. Jujur saja, saya bukan seorang psikolog rumah tangga dan bahkan sama sekali tak pernah memimpikan hal itu. Namun dia tetap bersikeras agar saya membantunya dan mengatakan bahwa dia ingin mengumpulkan semua pendapat, baik oleh ahlinya maupun oleh amatiran seperti saya. Katanya lagi, dia tertarik dengan tulisan-tulisan saya tentang psikologi wanita. Berikut isi chat saya dengannya.

Saya : Jadi, bagaimana ceritanya menurut versi anda?
Wanita : Kok pake istilah 'versi anda'?
Saya : Wah, Anda yakin ingin tau alasannya? Tapi jangan tersinggung.
Wanita : Baik.


Saya : Wanita sering cerita dengan menambah prasangka di dalamnya. Agar terkesan dirinya adalah pihak yang selalu dirugikan.
Wanita : (Membaca chat saya, tapi tidak membalas selama beberapa saat.)

Saya : Jadi cerita?
Wanita : Gini aja deh. Saya gak jadi cerita. Nanya aja. Biar terkesan gak nambah-nambah. (Ada nada sindirian di dalam kalimatnya)
Saya : (Tersenyum dan mengangguk didepan komputer)
Wanita : Menurut abang, kenapa suami jadi sering telat pulang?


Saya : Ada tiga kemungkinan. Lembur, acara dengan teman-temannya, atau gak betah di rumah.
Wanita : Dia gak lembur. Dari yang saya dapat, dia sering main sama teman-temannya. Tapi masa sih tiap hari.


Saya : Terus? Apa yang anda pikirkan?
Wanita : Ini insting aku ya, bang. Kayaknya dia lagi dekat sama orang lain.
Saya : (Saat itu juga, saya berusaha memilah kata-kata) Sama wanita?
Wanita : Ya iya lah bang. Masa selingkuh sama pria?

Saya : Tunggu dulu. Saya gak bilang selingkuh. Yang saya maksud, anda merasa suami anda dekat dengan wanita lain?
Wanita : Iya.
Saya : (Berpikir sejenak) Kira-kira, apa yang menyebabkan dia dekat sama yang lain.

Wanita : Saya gak tau. Makanya saya nanya sama abang. Abang kan udah nikah. Kira-kira kalo abang, apa bang yang bikin abang dekat sama wanita lain?

Saya : Diandaikannya kok ke saya ya?
Wanita : Kan andaikan bang.

Saya : Saya mah, yang bikin saya jadi malas pulang dan dekat sama yang lain karena gak betah di rumah.
Wanita : Naah, itu dia bang. Emang saya kurang apa? Sampai dia gak betah di rumah?

Saya : (Tertawa kecil) Ntar... Ntar dulu. Kok jadi emosinya ke saya?
Wanita : Abisnya dia itu...
Saya : Gimana kalau saya bertanya balik. Apa yang sudah anda lakukan padanya.

Wanita : Banyak. Saya yang beresin rumah sebelum kerja dan pas pulang. Saya masakin makanan buat dia, banyak lah.

Saya : Kerjanya jam berapa? Pulangnya juga?
Wanita : Kerja jam delapan, pulangnya jam tujuh.
Saya : Capek nggak.
Wanita : Iya lah bang. Belum lagi banyak kerjaan di kantor. Makanya kadang saya kesal ma dia. Udah capek-capek gitu, tapi dianya gak ngerti. Sering minta ini itu. Makanya kadang saya ngambek dan malas bicara sama dia. Biar dia tahu kalau saya kecewa.
Saya : Hooo gituuu. Sekarang saya ngerti deh semuanya.

Wanita : Oh ya? Jadi gimana bang?

Saya : Anda pasti tahu hukum aksi-reaksi. Sikap anda itu seakan merupakan reaksi dari sikapnya. Padahal andalah yang melakukan aksi, dan dia yang melakukan reaksi.
Wanita : Maksudnya?

Saya : Ada dua alasan mengapa seorang suami lebih dekat dengan orang lain dibanding istrinya sendiri. Satu, memang ada yang salah dengan si suami itu. Dua, suami itu tidak mendapatkan haknya dari istri.

Wanita : Hak seperti apa, bang?
Saya : Mau yang paling sederhana dulu?
Wanita : Boleh.

Saya : Hak untuk merasakan kenyamanan rumah. Dan anda tidak memberikan itu. Anda selalu capek, gampang ngambek, kurang melayani suami, dan kalau boleh saya tambahkan, sering bawa-bawa urusan kerja ke rumah.

Wanita : Tapi kan saya kerja demi kebahagiaan keluarga. Lagipula, saya ini wanita karir.

Saya : Keluarga yang mana yang anda bahagiakan? Toh sekarang kebahagiaan keluarga sedang tidak anda rasakan.
Wanita : Terus saya harus bagaimana? Berhenti kerja?
Saya : Saya tidak menyarankan anda berhenti kerja. Yang saya sarankan hanyalah mengganti kerja anda. Pekerjaan yang tidak akan mengganggu kewajiban anda.


Wanita : Contohnya?
Saya : Tanyainnya jangan ke saya dong. Diskusikan itu dengan suami anda lah.
Wanita : Gitu ya?
Saya : Iyap. Saya khawatirnya gini, masalah anda dengan suami anda sekarang karena suami anda gak ridho sama pekerjaan anda. Makanya gak berkah.


Wanita : Tapi kan rejeki harus dikejar bang. Biar nanti anak-anak kami gak kekurangan.
Saya : Rejeki kan tidak harus uang. Kedamaian batin seperti pelukan suami saat pulang kerja itu sudah jadi rejeki kan?
Wanita : (Agak lama sebelum membalas) Baiklah, bang. Nanti saya coba diskusikan sama suami saya. Terima kasih ya bang. Assalamualaikum...
Saya : Waalaikum salam...


"Setiap aksi selalu menciptakan reaksi, dan itu hukum Tuhan yang difisikakan oleh Isaac Newton. Hanya saja, kadang orang yang merasa tidak bahagia sebagai reaksi dari aksi yang dilakukan orang lain tanpa pernah terpikir olehnya bahwa dialah sumber masalah sebenarnya."

__RH Arkim__


Tidak ada komentar:

Posting Komentar