Kamis, 17 Juli 2014

SEPERTI TETESAN AIR HUJAN

Seperti Tetesan Air Hujan...
Turun tahta dari langit tinggi jatuh ke kedalam genangan kotor yang bau yang bercampur aduk dan seringkali dibenci, disumpahi, dilaknat oleh para kebodohan. Tanpa disadari bahwa dia turun untuk menghidupkan, memperbaiki, dan membersihkan meski akhirnya dia terbuang dalam gelimpangan kotoran berbau.

Tapi dia percaya dan tak pernah menyesali buruk dan kotornya setiap elemen unsur dalam dirinya yang melekat karena kebaikkannya, karena keyakinan dirinya telah melakukan hal baik dan telah memberi tawa pada makhluk lain yang menunggu kedatangannya. Keyakinan bahwa, meski diterpa penghinaan dan perendahan oleh pembodoh dunia, dia akan kembali naik dan membentuk molekul bagai intan murni tanpa cacat.

Dan dengan bangga dia seolah-olah berkata, 'Aku tidak turun dan bersedia kumuh untuk kalian yang tolol. aku turun karena mereka, mereka yang riang dan menyambutku dengan kemekaran, mereka yang makin hidup saat aku datang, mereka yang terpuruk dalam tanah dan butuh aku untuk tumbuh, mereka yang layu dan sendu saat aku hilang, mereka yang menatap kerumahku dilangit dengan menganga. Dan meski aku harus terhempas jatuh dan terlihat buruk, akan selalu ada kepuasan, kepuasan melihat mereka berteriak memintaku turun sekali lagi.'

Bukittinggi, 18 Juni 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar